‘Angkutan’ militer empat mesin berbadan lebar ini
merupakan pesawat yang sangat dinanti. An-70
menyedot perhatian setelah
turboprop besar bersayap tinggi tersebut melakukan berbagai pertunjukan
udara secara brilian dalam pameran pesawat MAKS 2013. Pesawat ini mampu
lepas landas dari landasan yang tidak sempurna (unmade runway)
jarak pendek (600-800 meter) dan memiliki jarak jangkau 7.000-8.000
kilometer. An-70 bahkan dapat mencapai jarak jangkau 3.000 kilometer
saat mengangkut kargo seberat tiga ton metrik.Uni Eropa pernah mencoba membuat pesawat serupa yakni A-400M, namun pesawat tersebut menunjukkan karakteristik performa terbang yang lebih buruk dibanding An-70.
Kementerian Pertahanan Rusia telah berencana membeli
An-70 untuk memenuhi kebutuhan pesawat angkutan jarak menengah dalam
menjalankan operasi taktis. Militer Rusia tertarik dengan kemampuan
pesawat ini yang dapat terbang dari landasan pendek. Bersama pesawat
berat Il-476 Rusia, An-70 akan memperbaharui armada pesawat angkutan
militer, menggantikan An-12 yang sudah kuno. Pada 2012 lalu, Kementerian
Pertahanan Rusia memperkirakan Angkatan Udara Rusia membutuhkan 60
pesawat.
Dua tahun lalu, Rusia dan Ukraina telah menyepakati
produksi pesawat ini akan dilakukan di Kazan dengan jasa KAPO
(Kazanskoye Aviatsionnoe Proizvodstvennoe Obyedinenie/Organisasi
Manufaktur Penerbangan Kazan). Pabrik Ukraina ‘Motor Sich’ di Zaporozhye
akan menangani produksi mesin, GP Antonov (Perusahaan Negara Antonov)
memproduksi sayap dan bagian ekor pesawat, sementara Kazan dipercaya
membuat badan pesawat dan perakitan akhir.
Namun, buruknya hubungan Rusia-Ukraina
saat ini membuat proyek ambisius itu hampir mustahil terealisasi dalam
waktu dekat. Oleg Panteleyev, Pemimpin Reduksi jurnal industri
penerbangan Aviaport menyatakan bahwa dalam situasi seperti saat ini,
produksi An-70 benar-benar tidak mungkin dilakukan. “Semua proyek yang
melibatkan dua negara tersebut telah bubar. Situasi kompleks ini terjadi
karena politisi Ukraina menekan pabrik dan memaksa mereka mengakhiri
kerja sama dengan Rusia,” kata Panteleyev pada RBTH.
0 comments:
Post a Comment